Anyeong Happiness!

Ribuan Kebahagiaan dalam Dhamma Talk “Hello Happiness”

Ajahn Brahm Tour D`Indonesia 2015

 ajahnbrahm2015-03
Minggu 29 Maret 2015, Bertempat di The Palm Ballroom Mall Taman Palem Cengkareng Jakarta, Perhelatan tahunan yang ke-7 yang selalu digelar oleh Ehipassiko Foundation yaitu event Dhamma Talk Interaktif Ajahn Brahm Tour D`Indonesia kembali digelar.
Selalu ada “Mantra” terbaru yang disampaikan disetiap event ceramah Ajahn Brahm setiap tahunnya yang terurai dalam tema acara yang kali ini bertajukan “Hello Happiness”, bertujuan agar kita semua bisa mengenal apa itu kebahagiaan dan bisa selalu berbahagia. Dhamma Talk kali ini agak berbeda dari biasanya yang diisi oleh pembicara utama yaitu Ajahn Brahm yang dibantu oleh moderator yaitu Mom Handaka Vijjananda (Founder Ehipassiko Foundation ) , serta penterjemah yang sudah tidak asing lagi yang selalu hadir menemani ceramah Ajahn Brahm yaitu saudara Tasfan Santacitta. Kali ini datang satu narasumber yang turut mendampingi Ajahn Brahm yaitu bapak Jaya Suprana.
Dibuka oleh penampilan grup band Buddhist asuhan Namaste yaitu Grup LSR (Light Single Rhythm dan Octavian yang menghibur ribuan peserta sangat memukau untuk memulai jalannya Dhamma Talk.
ajahnbrahm2015-04
Acara berlangsung kurang lebih 4 jam, yang mana dibagi menjadi 6 sesi penjelasan dan tanya jawab. “Bikkhu tertawa” kita, yaitu Ajahn Brahm, mendapatkan kesempatan pertama untuk membabarkan Dhamma mengenai kebahagiaan dalam hidup ini dengan ciri khasnya yang utama – humor dan tawa. Terkait dengan ciri khasnya, beliau menjelaskan bahwa ada slogan 3L yang perlu kita ingat dalam hidup, yaitu Laugh(tertawa), Love (cinta), dan Life (kehidupan) – yang mana ketiganya memiliki pronounciation yang hampir sama dalam bahasa Inggris. Beliau menjelaskan bahwa apabila kita bisa tertawa, berarti kita berbahagia, sementara itu, kita berbahagia berarti kita memiliki cinta kasih, dan cinta kasih lah yang menciptakan kehidupan kita.Hanya orang mati yang tidak tertawa, tidak bahagia, dan tidak mencintai, kata beliau. Otomatis, gelak tawa para audiens mulai terdengar bersahut-sahutan.
Ajahn Brahm menjelaskan bahwa seluruh umat manusia dari berbagai macam ras, agama, maupun kelompok membutuhkan kebahagiaan. Mereka semua akan tertawa bersama ketika mendengarkan hal-hal yang menghibur mereka. Di situlah, agama Buddha sebagai agama yang mengutamakan kebahagiaan manusia menjadi relevan dengan kebutuhan seluruh umat manusia yang universal. Namun beliau juga tidak memaksakan agar semua orang menjadi bahagia, karena bahagia adalah pilihan dari dalam diri sendiri. Apabila dipaksakan, maka kebahagiaan tidak akan tercapai. Nah, kebanyakan manusia salah menyikapi hal ini. Mereka berpikir bahwa mereka harus hidup bahagia, sehingga mereka berusaha memaksa untuk mencapai kebahagiaan. Namun yang mereka dapatkan malah penderitaan. Akhirnya, banyak orang yang merasa bahwa agama Buddha adalah agama yang ironis dan mustahil.
ajahnbrahm2015-02
Lalu bagaimana cara kita untuk mendapatkan kebahagiaan kalau tidak mencarinya? Ironis, bukan? Beliau menganjurkan agar kita, sebagai umat Buddha, juga sebagai sesama manusia, menerapkan 2 hal:
  1. Hiduplah pada saat ini, bukan di masa depan dan bukan di masa lalu
  2. Berbagilah pada sesama yang membutuhkan secara tulus ikhlas
Dengan menerapkan poin nomor 1, makagerbang awal menuju kebahagiaan sudah terbuka, karena minimal kita tidak lagi khawatir atau menyesal atas hal-hal yang berada di luar kendali kita sebagai manusia biasa. Dengan menerapkan poin nomor 2, maka kita juga dapat mencapai garis finishmenuju kebahagiaan, karena kita akan bahagia ketika bisa melihat orang lain di sekitar kita bisa terbantu dan tertolong oleh jasa-jasa kita.
Meski demikian, masih banyak orang yang terjebak pada pemahaman salah tentang kebahagiaan. Mereka menganggap bahwa “kebahagiaan” sama dengan “kepuasan”. Menyikapi kesalahpahaman ini, Ajahn Brahm dengan tegas menyatakan bahwa“kebahagiaan” memiliki efek yang permanen, sementara “kepuasan” memiliki efek yang temporer. “Kebahagiaan” dapat terkondisi dalam situasi apapun, tergantung pikiran kita – apakah kita merasa cukup atau tidak atas apa yang kita miliki saat ini. Apabila kita mampu merasa cukup atas apa yang kita miliki saat ini, di situlah “kebahagiaan” muncul secara permanen. Namun ketika kita sudah memiliki motor, maka kita ingin memiliki mobil, dan ketika kita sudah memiliki mobil, maka kita ingin memiliki rumah; di situlah “kepuasan” muncul secara temporer. Ujung-ujungnya, yang akan mendominasi diri kita adalah penderitaan karena kita mencari “kepuasan”.
Pada akhirnya, Ajahn Brahm bercerita tentang dua orang peternak ayam. Setiap kali ayamnya buang kotoran, peternak pertama mengumpulkan dan menumpuk kotoran tersebut ke dalam rumahnya, sehingga rumahnya menjadi bau. Sementara itu, setiap kali ayamnya bertelur, peternak kedua mengumpulkan dan menjual telur tersebut ke pasar, sehingga mendatangkan uang dan kesejahteraan. Kotoran diibaratkan sebagai berbagai masalah yang muncul menerpa kita setiap hari, sementara telur diibaratkan sebagai berbagai keuntunganyang kita dapatkan sewaktu-waktu. Nah, yang manakah kita? Apakah kita ingin menjadi peternak yang pertama atau peternak yang kedua?
Suasana semakin penuh kebahagiaan ketika sesi dilanjutkan oleh bapak Jaya Suprana, dengan gaya bicaranya yang lepas beliau berhasil membuat ribuan umat yang hadir tertawa lepas penuh kebahagiaan. Beliau menambahkan bahwa kita perlu juga membuat seminar berjudul “Hello Unhappiness” atau bahkan kita menulis buku sekuel dari Buku Best Seller Ajahn Brahm. Beliau bergumam akan membuat buku berjudul “Si Cacing dan kotoran ketidaksayangannya”
ajahnbrahm2015-01
Makna yang tersirat adalah kita perlu juga mempelajari tentang ketidakbahagiaan dengan begitu kita bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Hello Happiness!!!

Source :http://www.daunbodhi.com/2015/03/30/ribuan-kebahagiaan-dalam-dhamma-talk-hello-happiness/

Be happy!

Comments

Popular posts from this blog

Arti Ayu Vanno Sukkham Balam

Baksos 24 April 2016 - Panti Asuhan Anugerah Kasih Medan

PATRIA BASIC TRAINING 2016 - PART 1